BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Adler merupakan salah
satu teoris besar dalam psikologi kepribadian yang telah mengembangkan
Konseling Adlerian bersama para pengikutnya berdasarkan teori psikologi
individual Adler . Konsep-konsepnya revolusioner dan menampilkan sisi
kemanusiaan yang utuh dalam dialektikanya. Adler awalnya merupakan anggota
bahkan sebagai ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina yang merupakan organisasi
pengembang teori Freud, namun kemudian memisahkan diri karena mengambangkan
ide-ide dan konsepnya sendiri.
Konsep yang
dikembangkan oleh Adler memiliki perbedaan yang substansial dengan teoris
Freud. Adler yang berlatar belakang pendidikan dokter kemudian mengembangkan
suatu teori yang spesifik yang disebutnya psikologi individual. Teori Adler ini
sangat menekankan peranan ego dan kontekstualitas sosial dalam gerak dinamika
kehidupan manusia.
Dari beberapa sumber,
diperoleh keterangan bahwa selama perang dunia I, Adler bekerja sebagai dokter
pada laskar tentara Austria dan sesudah perang, dia tertarik pada bimbingan
anak-anak dan mendirikan klinik bimbingan pertama yang berhubungan dengan
sistem aliaran Wina. Dia juga mendorong berdirinya aliran eksperimental di wina
yang menerapkan teorinya di bidang pendidikan (Furtmuller, dalam Hall &
Lindzey, 1993).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup Alfret Adler ?
2.
Bagaimana Definisi Konseling ADLER ?
3.
Apa Persepektif Historis ?
4.
Apa saja Konsepsi Tentang Manusia ?
5.
Bagaimana Pokok-Pokok Teori ?
6.
Bagaimana Implementasi Dan Aplikasi ?
7.
Apa saja Kelebihan Dan Kekurangan teorinya ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui riwayat hidup Alfret Adler
2.
Mengetahui Definisi Konseling ADLER.
3.
Mengetahui Persepektif Historis.
4.
Mengetahui apa saja Konsepsi Tentang Manusia.
5.
Mengetahui Pokok-Pokok Teori.
6.
Mengetahui Implementasi Dan Aplikasi.
7.
Mengetahui apa saja Kelebihan Dan Kekurangan teorinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Hidup
Sebelum kita membahas lebih dalam tentang konseling Adlerian alangkah
baiknya kalau kita mengetahui dulu tentang riwayat hidup dari Alfred Adler.
Alfred Adler dilahirkan
di Wina pada tanggal 7 Februari 1870 sebagai anak ketiga. Ayahnya adalah
seorang pengusaha. Sewaktu kecil Adler
merupakan anak yang sakit-sakitan. Ketika berusia 5 tahun dia nyaris
tewas akibat pneumonia. Pengalaman tidak menyenangkan berkaitan dengan
kesehatan inilah yang kemudian mendorong dirinya untuk menjadi dokter. Adler
lulus sebagai dokter dari Universitas Wina tahun 1895.
Adler memulai karirnya
sebagai seorang optalmologis, tetapi kemudian dirinya beralih pada praktik umum
di daerah kelas bawah di Wina, sebuah tempat percampuran tempat bermain dan sirkus sehingga banyak pasien-nya yang
pekerjaannya sebagai pemain sirkus. Kekuatan dan kelemahan para pemain sirkus
inilah yang mengilhami dia mengembangkan kosep tentang inferioritas dan
kompensasi.
Dari praktik umum
kedokteran, Adler selanjutnya beralih pada psikiatri, dan pada tahun 1907 dia
bergabung dengan kelompok diskusi Freud. Kemampuan menonjol yang ada pada Adler
menghantar dirinya menjadi ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina (Vienesse
Analitic Society) dan ko-editor dari terbitan organisasi ini.
Meskipun Adler oleh
Freud dipercaya untuk memimpin
organisasi psikoana-lisis bukan berarti Adler selalu sependapat dengan Freud.
Dia berani mengkritik pandangan-pandangan Freud. Perbedaan
pandangan-pandangan Adler dan Freud yang
tidak bisa mencapai titik temu kemudian ditindak lanjuti dengan perdebatan
antara pendukung kedua tokoh tersebut yang berakhir dengan keluarnya Adler
bersama 9 orang pendukungnya dari organisasi psikoanalisis. Mereka kemudia
mendirikan organisasi yang mereka beri nama The Society for Free Psychoanalysis
pada tahun 1911 dan tahun berikutnya organisasi ini namanya berubah menjadi The
Society for Individual Psychology (Boeree, 2005 : 149)
B. Definisi Konseling
ADLERIAN
Teori konseling Adlerian didasarkan pada teori psikologi individual yang
dikembangkan oleh Alfred Adler dan pengikut-pengikutnya. Adler pada awalnya
adalah murid Freud dan seorang psikoanalisis yang kemudian memisahkan diri
karena berbeda pendapat dengan Freud dalam beberapa hal. Salah satu pandangan
Freud yang tidak disetujui oleh Adler adalah peran aspek biologis dan
fisiologis sebagai determinan penting pada perilaku dan perkembangan manusia.
Meskipun Adler memiliki pandangan yang sama dengan Freud berkenaan dengan
pengalaman anak-anak sebagai determinan perkeembangan perila kemudian, namun ia
lebih memperluasnya dengan cara menambahkan determinan lain seperti pengaruh
konteks social, dinamika keluarga dan pengasuhan anak.
Dalam perkembangannya,
teori ini disebut konseling Adlerian, yakni teori yang dikembangkan oleh Adler
bersama dengan pengikut-pengikutnya. Teori ini menekankan pada keutuhan (unity)
dan keunikan individual. Pemahaman terhadap perilaku dan perkembangan manusia harus
dimulai dengan memahami tujuan dan dorongan-dorongan perilakunya, konstelasi
keluarga, dan gaya kehidupannya. Teori ini menekankan pada minat social dan
tujuan hidup manusia, serta pada analisis kesadaran. Berdasarkan karakteristik
tersebut teori Adlerian digambarkan sebagai bersifat socio-teleo-analytic.
C. Persepektif Historis
Konseling Adlerian di kembangkan oleh Alfred Adler dan para pengikutnya
berdasarkan teori psikologi individual Adler. Pada awalnya Adler adalah murid
Freud yang kemudian memisahkan diri bersama- sama dengan murid Freud yang lain,
Carl G Jung, karena tidak sependapat dengan dengan beberapa konsep teortik
freud khususnya tentang seksualitas dan determinan biologis atau genetik Jung
sendiri juga mengembangkan suatu teori psikologi yang agak berbeda dengan
Freud, yang ia beri nama psikologi analitik. Antara teori Freud dan Adler
memiliki perbedaan dalam beberapa hal. Teori freud memusatkan perhatian pada
psikodinamika individual pada individu-individu neurotik, sedangkan Adler lebih
memusatkan perhatian pada bidang sosial dan politikdan masyarakat umum.
Pandangan Adler menekankan pada kebulatan kepribadian ( unity of
personality ) yang menegaskan bahwa manusia hanya dapat di pahami sebagai suatu
entitas yang lengkap dan utuh. Pandangan ini mendukung sifat keterahan perilaku
( pada tujuan tertentu ), yang menegaskan bahwa apa yang ingin dituju atau di
capai oleh manusia adalah lebih penting daripada apa yang di tinggalkan atau
darimana mereka berasal.
Adler juga memandang manusia sebagai
ciptaan dan pencipta kehidupannya sendiri: dalam arti bahwa setiap manusia
mengembangkan gaya hidup yang unik untuk mencapai tujuan tertentu. Gaya hidup
tersebut juga sebagai ekspresi dari tujuan yang ingin dicapainya. Dengan kata
lain, apa yang terjadi pada diri kita merupakan hasil ciptaan (tindakan) kita
sendiri dan bukan hasil dari bentukan pengalaman masa kanak-kanak.
Adler meninggal pada tahun 1973, tetapi ajaarannya masih terus di lanjutkan
dan di sebar luaskan oleh Rudolph Dreikus di kawasan Amerika Serikat, khususnya
penerapan di dunia pendidikan. Konseling individual, konseling dan kelompok dan
konseling keluarga. Minat terhadap ajaran Adler mulai muncul dan berkembang
ketika banyak lembaga masyarakat maupun institusi nasional dan internasional
menawarkan pelatihan dalam teknik-teknik Adlerian ( Corey, 1985). Bahkan pada
tahun 1977, terdapat suatu organisasi
Adlerian di beberapa Negara seperti Austria, Denmark, Prancis, Jerman,
Inggris, Junani, Israel, Italia, Swiss, dan Amerika ( Manester & Corsini,
1982 ).
D. Konsepsi Tentang Manusia
Adler meyakini bahwa
individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan
inferior. Inferiorita bagi Adler diartikan sebagai perasaan lemah dan tidak
cakap dalam menghadapi tugas yang harus diselesaikan. Inferiorita merupakan
suatu perasaan yang menggerakkan orang untuk berjuang menjadi superiorita.
Pada tahun 1908, Adler
(Hall & Lindzey, 1993) telah mencapai kesimpulan bahwa agresi lebih penting
dari pada seksualitas. Kemudian impuls agresi itu diganti dengan ‘hasrat akan
kekuasaan’. Adler mengidentifikasikan kekuasaan dengan sifat maskulin dan
kelemahan dengan sifat feminim. Pada tahap pemikiran inilah dia mengemukakan
ide tentang ‘protes maskulin’, yaitu suatu bentuk kompensasai berlebihan yang
dilakukan baik oleh pria maupun wanita, juga mereka merasa tidak mampu dan
rendah diri.
Kemudian, Adler menggantikan ‘hasrat akan
kekuasaan’ dengan ‘perjuangan ke arah superioritas yang tetap dipakainya untuk
seterusnya. Jadi, ada tiga tahap dalam pemikiran Adler tentang tujuan final
manusia, yaitu menjadi agresif, menjadi berkuasa, dan menjadi superior.
Superioritas menurut
Adler merupakan suatu gerak yang mengarahkan manusia ke jenjang yang lebih
sukses, terutama kesuksesan dalam konteks sosial. Hal ini kemudian
diistilahkannya dengan ‘perjuangan menjadi sukses’, suatu perjuangan yang
dilandasi oleh motivasi sosial yang kuat yang telah berkembang sebelumnya.
Adler menegaskan bahwa perjuangan ini pada dasarnya merupakan bawaan, bahwa ia
menjadi bagian internal dari hidup, bahkan merupakan hidup itu sendiri. Lebih
lanjut, dia berasumsi bahwa semua perjuangan tersebut-meski memiliki motivasi
yang berbeda-, tetapi semuanya diarahkan menuju tujuan final (final goal).
E. Pokok-Pokok Teori
Sistem teori konseling Adlerian lebih menekankan pada determinan sosial
dalam membentuk perilaku, alih-alih faktor –faktor biologis. Pendekatan Adler
juga dikatakan bersifat teleologis. Pandangan teleologis ini mengimplikasikan
bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang termotivasi oleh dorongan-dorongan
untuk mencapai tujuan tertentu yang memiliki dimensi sosial. Berikut ini akan
di paparkan dua aspek penting dalam teori konseling Adlerian yang meliputi
pandangan tentang sifat dasar manusia dan sistem teori secara garis besar.
1.
Pandangan tentang sifat dasar manusia
Seperti halnya Freud, Adler juga mengakui pentingnya masa lima tahun
pertama kehidupan dalam mempengaruhi perkembangan manusia. Namun, meskipun ia
mengakui bahwa faktor-faktor biologis dan fisiologis memberikan arahan pada perkembangan, individu juga memiliki
kemampuan bawaan untuk mengarahkan dirinya sendiri. Bagi Adler, faktor bawaan
dan pengalaman awal kurang penting dibandingkan dengan “ apa yang dilakukan
oleh individu pada dirinya. “ Seligman, 2001: 78). Adler memiliki keyakinan
bahwa semua perilaku selalu terarah pada suatu tujuan ( goal Directed ) dan
bahwa manusia dapat menyalurkan perilakunya dalam cara-cara yang mendorong
perkembangan. Bagi Adler apa yang penting bagi manusia adalah mencapai
keberhasilan dan menemukan makna kehidupan. Upaya ke arah itu menjadi faktor
penentu perkembangan.
Adler juga memandang manusia sebagai memiliki dorongan untuk menjadi orang yang berhasil. Adler juga
memiliki keyakinan bahwa perilaku manusia harus dipelajari dari sudut pandang
yang holistik. Pada usia antara 4-5 tahun, anak-anak sudah memiliki kesimpulan
umum tentang hidup dan cara yang “ terbaik” untuk menghadapi masalah hidup.
Mereka mendasarkan kesimpulan itu pada persepsi yang biasa tentang
peristiwa-peristiwa dan interaksi yang terjadi atau berlangsung disekelilingnya
dan kemudian membentuk suatu landasan bagi gaya hidupnya( Lifestyl ). Gaya
hidup ini bersifat unik pada setiap individu dan mempresentasikan pola-pola
perilaku yang akan menjadi dominan di sepanjang kehidupannya. Gaya hidup ini
jarang sekali dapat berubah tanpa adanya intervensi dari orang lain. Konstelasi
keluarga dan urutan kelahiran memberikan pengaruh yang kuat pada pembentukan
gaya hidup ini.
Adler juga memandang manusia memiliki minat sosial yang bmenjadi barometer
bagi mental yang sehat ( Adler,1938,1964 : dalam Thompson,
Rudolph,&Henderson,2004). Minat sosial di konseptualisasikan sebagai suatu
bentuk perasaan terhadap dan kooperasi dengan orang lain, suatu perasaan untuk
memiliki dan terlibat dengan orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan umum
kemasyarakatan.
2.
Sistem teori
1. Teori Adler diklasifikasikan ke dalam perspektif fenomenologis
Meskipun Adler adalah
seorang psikodinamik,namun teori psikoindividualnya dapat dimasukkan ke dalam
perspektif fenomenologis. Karakteristik fenomenologis ini tampak dari pandangan
Adler yang menekankan pentingnya persepsi subyektif individu terhadap realita.
Bagi Adler kerangka acuan internal atau persepsi subyektif individu lebih
penting daripada realitas obyektif. Dalam hal ini Adler melihat setiap orang adalah
individu yang unik dan hanya dengan memahami persepsi subyektif individu
tentang lingkungan, logika pribadi, gaya hidup, dan tujuan hidupnya maka kita
dapat sepenuhnya memahami siapa jati diri individu tersebut. Inilah esensi
psikologi individual Adler. Kita juga dapat memahami teori konseling Adlerian
dari konsep-konsep Adler tentang rasa percaya diri,konstelasi keluarga, gaya
hidup, dan minat sosial. Berikut adalah uraian tentang konsep-konsep tersebut.
2. Teori Adlerian bersifat Holistik
Pendekatan Adlerian didasarkan pada
suatu pandangan holistik tentang manusia. Kata individual dalam konstruk
“ psikologi individual” bukan mengimplikasikan bahwa pendekatan ini memusatkan
perhatian pada individu. Tetapi memandang individu sebagai satu kesatuan (unity)
yang dalam hal ini diidentikkan dengan kebulatan ( wholeness). Menurut Adler,
manusia tidak bisa di pisahkan atau di bagi-bagi ke dalam bagian-bagian yang
diskrit, dan oleh karenanya kepribadian merupakan suatu kesatuan ( unified) dan
dapat dipahami hanya jika di pandang sebagai satu kebulatan. Satu implikasi
dari pandangan ini adalah bahwa konseli di pandang sebagai suatu bagian
integral dari sebuah sistem sosial. Konselor Adlerian harus memusatkan
perhatian pada fraktor-faktor interpersonal ( bukan intrapersonal) dan situasi
sosial konseli.
3. Perasaan rendah diri ( inferioritas ) sebagai determinan perilaku /
perkembangan
Perasaan rendah diri (
inferiority) merupakan satu dimensi dari tahun-tahun awal kehidupan yang
diyakini oleh Adler menjadi faktor yang memainkan peran penting dalam
mempengaruhi perkembangan manusia. Perasaan ini hampir di alami oleh semua
anak. Pada awalnya setiap anak mempersepsi dirinya sebagai entitas yang begitu
kecil dan tak berdaya, khususnya jika dibandingkan dengan orang tua dan saudara-saudara
mereka.
Di samping perasaan
rendah diri, cara-cara yang digunakan oleh anak-anaak untuk menangani perasaan rendah dirinya juga
menjadi faktor penting yang akan mempengaruhi perilaku dan perkembangan dirinya
sebagai contoh, anak yang menangani perasaan rendah dirinya dengan cara
melibatkan dirinya dengan orang lain, membentuk kemampuan, dan membuat pilihan
yang kreatif cenderung lebih dapat mencapai perkembangan yang sehat.
Sebaliknya, anak yang manja dan tidak mau berjuang untuk memperoleh kemampuan
diri cenderung sulit untuk mencapai perkembangan yang positif. Mereka ini
menjadi tak berdaya , tergantung, dan mudah menyerah. Jadi dalam konstrruk
Adlerian, perasaan rendah diri bukan merupakan suatu keadaan yang negatif
tetapi justru menjadi motivasi untuk menguasai lingkungan. Kita berusaha
menangani perasaan rendah dengan menemukan cara-cara yang dapat kita gunakan
untuk mengendalikan kekuatan-kekuatan dalam hidup kita, bukan sebaliknya. Dalam
pandangan Adler stiap manusia memiliki tujuan untuk beralih dari perasaan
inferior menjadi superior.
4. Ajaran tentang gaya hidup
Gaya hidup ( life style) merupakan
suatu cara unik yang digunakan oleh setiap individu untuk menangani perasaan
rendah diri dan mencapai tujuan-tujuan hidupnya. Gaya hidup individu sebagian
dipengaruhi oleh komposisi dan pola interaksi dalam keluarga. Grey ( 1998)
memandang gaya hidup sebagai suatu yang sangat mendasar dari semua konsep
Adler, dan menggambarkannya sebagai totalitas dari semua sikap dan aspirasi
individu, suatu perjuangan yang mengarahakan individu untuk mencapai tujuan.
Meskipun tujuan tersebut hampir selalu melibatkan superioritas, kompetensi dan
penguasaan, setiap orang memiliki imej ( yang seringkali tidak disadari)
tentang apa yang menjadi tujuannya. Adler menggunakan istilah fictional
finalism untuk menggambarkan tujuan sentral yang diimajinasikan untuk
mengarahkan perilaku. Adler yakin bahwa tujuan ini telah terbentuk dengan kokoh
pada usia antara enam hingga delapan tahun dan akan tetap konstan di sepanjang
kehidupan individu.
5. Minat sosial
Dari perspektif Adler,
perkembangan dapat dijelaskan melalui dinamika psikososial. Tujuan dan gaya
hidup individu akan memberikan pengaruh pada cara penyesuaian dirinya. Individu
yang dapat menyesuaikan diri pada umumnya memiliki logika pribadi yang
merefleksikan minat social, sedangkan individu yang kurang berhasil dalam
menyesuiakan diri cenderung lebih mementingkan tujuan mereka sendiri dan kurang
memperhatikan kepentingan konteks sosialdan kebutuhan orang lain. Individu
dipandang memiliki fithrah sebagai makhluk social, yakni entitas yang peduli
dengan konteks social. Jika individu menyadari bahwa dirinya menjadi bagian
dari komunitas manusia, maka perasaan inferior, alinasi , dan cemas akan
menurun pada gilirannya mereka akan mengembangkan perasaan memiliki dan
mencapai kebahagiaan hidup.
F.
Implementasi Dan Aplikasi
1. Implementasi teori adlerian yang meliputi:
1.
Tujuan Konseling
a.
Membina hubungan konselor klien
b.
Membantu klien memahami keyakinan
– keyakinan perasaan, motivasi dan tujuan yang menentukan gaya hidupnya
c.
Membantu klien mengembangkan
wawasan pemahaman (insight) mengenai gaya hidup dan menyadarkan mereka
d.
Reducation
e.
Mengembangkan sosial
interest individu dengan interest sosial
2. Proses Konseling
Konselor adrelian memiliki peran yang sangat kompleks dan perlu memiliki
banyak ketrampilan, berperan sebagai pendidik, memperkembangkan minat social,
dan mengajar klien dengan memodifikasi gaya hidup, perilaku dan tujuannya serta
sebagai seorang analis yang harus memeriksa kesalahan asumsi dan logika
konseli.
3. Teknik Konseling
Ketrampilan interpersonal yang meliputi kesanggupan untuk memeberikan
perawatan yang tulus, keterlibatan, empati dan teknik-teknik komunikasi verbal
maupun non verbal untuk mengembangkan hubungan konseling.
Dorongan. Untuk mendorong konseli konselor perlu memusatkan perhatian
pada:
1.
Apa yang dilakukan konseli bukan mengavaluasi perilakunya
2.
Perilaku sekarang bukan perilaku lampau
3.
Perilaku dan bukan pribadi konseli
4.
Upaya dan bukan hasil
5.
Motivasi instrintik dan bukan ekstrintik
6.
Yang dipelajari dan bukan yang tidak dipelajari
7.
Apa yang postif dan bukan apa yang negative
Dorongan yang ditambah interpretasi dan konfrontasi atau tantangan guna
membantu konseli memperoleh kesadaran tentang gaya hidupnya, mengakui
alasan-alasan tersembunyi yang ada dibalik perilakunya, mengapresiasi
konsekuensi negative dari perilaku tersebut, dan bekerja untuk mencapai
perubahan positif.
Konselor terus memainkan peran aktif untuk mendorong konseli menggunakan
pemahamannya guna merumuskan tindakan-tindakan nyata yang mengarah pada
perubahan perilaku atau pemecahan masalah. Adler juga merekomondasikan konselor
untuk bertindak inovatif dan kreatif dalam memilih menggunakan teknik.
2.
Aplikasi
Aplikasinya disesuaikan
dengan tujuan utama dari teori ini.
Psikoterapi
Menurut
Adler (dalam Alwisol, 2004), psikopatologi merupakan akibat dari kurangnya
keberanian, perasaan inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang kurang
berkembang. Jadi, tujuan utama psikoterapi adalah meningkatkan keberanian,
mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya minat sosial.
Adler yakin
bahwa siapa pun dapat mengerjakan apa saja. Keturunan memang sering membatasi
kemampuan seseorang, dalam hal ini sesungguhnya yang penting bukan kemampuan,
tetapi bagaimana orang memakai kemampuan itu.
Melalui humor dan kehangatan, Adler berusaha
meningkatkan keberanian, harga diri, dan social interest klien. Menurutnya,
sikap hangat dan melayani dari terapis mendorong klien untuk mengembangkan
minat sosial di tiga masalah kehidupan; cinta atau sekual, persahabatan, dan
pekerjaan. Pendekatannya tersebut telah dielaborasi dengan nama
Adlerian Breif Therapy (Corey, 2005).
Menggali masa lalu (
Early Recollection )
Menurut Adler, ingatan masa lalu
seseorang selalu konsisten dengan gaya hidup orang itu sekarang, dan pandangan
subyektif orang itu terhadap pengalaman masa lalunya menjadi petunjuk untuk
memahami tujuan final dan gaya hidupnya.
Mimpi
Gaya hidup juga terekspresikan dalam mimpi. Adler menolak pandangan freud
bahwa mimpi adalah ekspresi keinginan masa kecil. Menurut Adler, mimpi bukan
pemuas keinginan yang tidak di terima ego tetapi bagian dari usaha si pemimpi
untuk memecahkan masalah yang tidak disenanginya atau masalah yang tidak dapat
dikuasainya ketika sadar
Jadi, bagi Adler mimpi adalah usaha dari ketidaksadaran untuk menciptakan
suasana hati atau keadaan emosional sesudah bangun nanti, yang bisa memaksa si
pemimpi melakukan kegiatan yang semula tidak dikerjakan.
G. Kelebihan Dan Kekurangan
Kelebihan :
1.
Keyakinan yang optimistis bahwa setiap orang dapat berubah untuk mencapai
sesuatu ke arah evolus manusia bersifat positif
2.
Penekanan hubungan konseling sebagai suatu media untuk mengubah klien
3.
Menekan bahwa masyarakat tidak sakit atau salah akan tetapi manusianya
yang sakit atau salah.
4.
Menekan bahwa kekuatan sebagai pusat pendorong prilaku
5.
Gagasan ini
banyakmempengaruhi pendekatan – pendekatan lain
6.
Berorientasi humanistic
7.
Tingkah lakunya berarah tujuan
8.
Lebih menekankan pada
asepek – aspek psikologis sosial
9.
Dasarnya dirancang dalam
latar belakang kelompok
10.
Konsep – konsep dasar dan
prosedur serta terapnya mudah diikuti
11.
Modelnya dibangun dengan
lebih memperdulikan kesesuaiannya untuk menangani orang – orang normal yang
bermasalah dari pada terhadap orang – orang yang menderita psikosa.
Kelemahan :
1. Terlalu banyak menekankanpada tilikan intelektual
dalam upaya perubahan
2. Penekanan yang berlebihan pada pengalaman nilai,
minat subjektif sebagai penentu prilaku
3. Meminimalkan factor biologis dan riwayat masa
lalu
4. Terlalu banyak
menekan kan tanggung jawab pada ketrampilan diagnostik konselor
5. Dari segi presesi kemungkinan untuk di tes dan
validitas empiriknya pada pendekatan ini lemah (kurang teliti)
6. Ada kecenderungan untuk menyederhanakan secara
berlebihan terhadap beberapa masalah manusia yang kompleks
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam perkembangannya,
teori ini disebut konseling Adlerian, yakni teori yang dikembangkan oleh Adler
bersama dengan pengikut-pengikutnya. Teori ini menekankan pada keutuhan (unity)
dan keunikan individual. Pemahaman terhadap perilaku dan perkembangan manusia
harus dimulai dengan memahami tujuan dan dorongan-dorongan perilakunya,
konstelasi keluarga, dan gaya kehidupannya. Teori ini menekankan pada minat
social dan tujuan hidup manusia, serta pada analisis kesadaran. Berdasarkan
karakteristik tersebut teori Adlerian digambarkan sebagai bersifat
socio-teleo-analytic.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Suryabrata,
Sumardi. 2013. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali Pers
Ø Yusuf,
Syamsu. 2008. Teori Kepribadian. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Ø Koratno,
Dwi. 2013. Teori-Teori Kepribadian Psikoanalitik Kontemporer-1.Yogyakarta
: Kanisius (Anggota IKAPI)
Ø Corey,
Gerald. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychoteraphy. USA:
Thomson Higher Education
Ø Corsini,.
R.,J & Wedding,. D. (2011). Current Psychoterapist. Belmont: Brooks
Cole Cengage Learning.
Ø Rogers,. C.
(1961). On becoming a person: A therapist’s view of psychotherapy.
London: Consta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar