Senin, 22 Mei 2017

Resensi dalam Psikologi



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sering kali kita mendengar seseorang mengatakan persepsi, tapi kita tidak tahu apa yang di sebut dengan persepsi sendiri, maka dari itu kami akan sedikit menjelaskan kata dari persepsi itu sendiri.
Ketika ada sebagian orang sedang berdiskusi atau berdialog, mereka seringkali mempunyai persepsi atau ide-ide yang dikembangkan melalui pikiran masing-masing orang tersebut.
Berdasarkan realita ini, penulis tertarik untuk membahas persepsi.
B.     Rumusan Masalah
a.         Apa pengertian persepsi itu ?
b.         Apa saja proses yang ada dalam persepsi ?
C.    Tujuan
a.         Mengetahui apa itu persepsi.
b.         Mengetahui proses persepsi.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Apakah Persepsi Itu (M faqih Irsyad)
Ekspresi mengenal orang lain merupakan studi awal tentang persepsi. Darwin mendorong munculnya permasalahanL persepsi dengan pertanya’an, “Apa ciri-ciri yang baik tentang orang lain ?” (Muhadjir, 1992:80).
Secara etimologis, atau dalam bahLasa inggris perceptionberasal dari bahasa latin perceptio dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil.
Kata “persepsi” biasanya dengan kata lain, menjadi: persepsi diri, persepsi sosial (Calhoun dan Acocela, 1990; Sarwono, 1997; Gerungan, 1987), dan persepsi interpersonal (Rakhmat, 1994). Tegiuri (dalam Muhadjir 1992) menawarkan istilah “la conaisance d’atrui” atau mengenal orang lain. Dalam kepustalakaan bahasa Inggris, istilah yang banyak di gunakan adalah “social perception”. Objek fisik biasanya memberikan stimulus fisik yang sama, sehingga orang mudah membuat persepsi yang sama. Pada dasarnya, objek berupa pribadi memberi stimulus yang sama pula, namun  dalam kenyata’anya tidaklah demikian.
Menurut Muhadjir (1992:81), keragaman stimulus dalam objekpribadi atau orang, dipelajari oleh banyal ahli. Ada yang memilih orang sebenarnya (Sherman), fotonya (Allport), filmnya (Cline), gambar diagram orang (Tichener), dan suara orang (Davitz). Sementara studi meragamkan suara emosionalnya dengan isi yang sama (Horowitz), yang lain membuat sebaliknya (Soskin). Beberapa studi meneliti ketepatan ekspresi emosional (Goodenough, Munn, Leavitt). Beberapa menemukan bahwa ketepatan berkait dengan macam emosi yang di ekspresikan (Davitz).
Persepsi (Perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leacitt, 1978). Menurut Devito (1997:75), persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi indra kita. Yusuf (1991:108) menyebut persepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”. Gulo (1982:207) mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkunganya melalui indra-indra yang dimilikinya. Rakhmat (1994:51) menyatakan bahwa persepsi adalah penglaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang di peroleh  dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Bagi Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut Verbeek (1978), persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia dapat mengenal langsung melalui dunia riil yang fisik. Brouwer (1983:21) menyatakan bahwa persepsi (pengamatan) ialah suatu replika dari benda di luar manusia yang intrapsikis, dibentuk berdasar rangsangan-rangsangan dari objek. Pareek (1996:13) memberikan definisi yang lebih luasihwal persepsi ini, dikatakan, “persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan-rangsangan atau data.
Dalam perspektif ilmu komunikasi,persepsi bisa dikatakan sebagai inti dari komunikasi itu sendiri, sedangkan penafsiran atau bahasa ilmiahnya yaitu interpretasi adalah inti persepsi yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak jelas pada definisi John R. Wenburg  dan William W. Wilmot : “persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna”, atau definisi Rudolph F. Verderber “persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi” dalam (Mulyana, 2000:167-168).
Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, kita tidak mungkin bisa berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya, semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2000:167-168).

B.     Proses Persepsi (M. Saiful Mahfud)
Salah satu pandangan yang di anut secara luas menyatakan bahwa psikologi, sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan rangsangan luar dari organisme dengan tanggapan fisik organisme yang dapat diamati terhadap rangsangan. Menurut rumusan ini, yang dikenal dengan teori rangsangan-tanggapan (stimulus-respon / SR), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan seteah rangsangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologi lainya yang mungkin adalah pengenalan, perasaan, dan penalaran.
Seperti dinyatakan dalam bagan 17 berikut, persepsi dan kognisi di perlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan, diperlukan bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu cara menahan dampak dari rangsangan.

                                                                              Penalaran

Rangsangan               Persepsi              Pengenalan              Tanggapan
                                                                                                Perasaan
Bagan 17
Variabel psikologis diantara Rangsangan dan Tanggapan
Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi rangsangan –tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi, atau kedua-duanya.
Persepsi, pengenalan, penalaran dan perasaan kadang-kadang disebut variabel psikologis yang muncul diantara rangsangan-tanggapan. Sudah tentu, ada pula cara lain  untuk mengonsepsikan lapangan psikologi, namun rumus S - R dikemukakan di sini karena telah diterima secara luas oeh para psikolog dan karena unsur-unsur dasarnya mudah dipahami dan digunakan oleh ilmu sosial lainya (Hennessy, 1981:117).
Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dan cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari persepsinya. Dalam proses persepsi terdapat tiga komponen utama berikut.
1)        Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2)        Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oeh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem niai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.
3)        Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi (Depdikbud, 1985, Dalam Soelaeman, 1987). Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.

Persepsi, yakni apa saja yang di alami oleh manusia, berawal dari alat sensor pluscara seseorang memperoleh informasi yang diterimanya. William james, psikolog terkenal dari Amerika, menyatakan: “part of what we perceive came through the sense from the object before us; another part ... always comes... out of our own head” (Morgan:1961).
Persepsi itu bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antar pesan yang terjadi di “luar sana” -- dalam getaran udara dan dalam tanda-tanda hitam diatas sebeah kertas – dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita. Apa yang terjadi di luar dapat sangat berbeda dengan apa yang mencapai otak kita. Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda sangat penting untuk memahami komunikasi. Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi berkerja dengan menjelaskan tiga langkah yang terlihat dalam proses ini. Tahap-tahap ini tidaklah saling terpisah benar. Dalam kenyataan, ketiganya bersifat continue, bercampur-baur, dan bertumpang-tindih satu sama lain (perhatikan gambar di bawah).


 



Proses persepsi

1). Proses menerima rangsangan (Kanzul Fikri)
Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data di terima melalui panca indra. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu. Misalnya, ketika berjalan-jalan keliling, seseorang segera menyadari sesuatu yang tidak beres karena mencium bau yang aneh, dan dia mungkin meminta perhatian terhadap apa yang dicium barusan. Pada umumnya orang yang sama lewat juga merasakan hal yang sama pula. Demikian juga, indra penglihatan dan pendengaran kita bisa terus-menerus melihat dan mendengar beberapa hal.
2). Proses menyeleksi rangsangan
Seteah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk diperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan, rangsangan-rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk di proses lebih lanjut. Dua kumpulan faktor menentukan seleksi rangsangan itu, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
a.       Faktor intern yang memengaruhi selesksi persepsi
Dalam menyeleksi berbagai gejala bentuk seleksi, faktor intern berkaitan dengan diri sendiri, faktor-faktor tersebut yakni sebagai berikut:
a)      Kebutuhan psikologis
Kebutuhan psikoogi seseorang memengaruhi persepsinya. Kadang-kadang ada hal yang “kelihatan” (yang sebenarnya tidak ada), karena kebutuhan psikologis.
b)      Latar belakang
Latar belakang memengaruhi hal-ha yang dipilih dalam persepsi. Orang-orang dengan latar belakang tertentumencari orang-orang dengan latar belakang yang sama. Mereka mengikuti dimensi tertentu yang serupa dengan mereka.
c)      Pengalaman
Yang serupa dengan latar belakang ialah pengalaman. Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang, hal-hal, dan gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman pribadinya. Seseorang yang mempunyai penglaman buruk dalam bekerja dengan jenis orang tertentu.
d)     Kepribadian
Kepribadian juga memengaruhi persepsi. Seseorang yang introvert mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama sekali berbeda. Berbagai faktor dalam kepribadian memengaruhi seleksi dalam persepsi.
e)      Sikap dan kepercayaan umum
Sikap ini juga memengaruhi persepsi. Orang-orang yang mempunyai sikap tertentu terhadap karyawan wanita atau karyawan yang termasuk dalam kelompok bahasa tertentu, besar kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang mungkin tidak di perhatikan oleh orang lain.
f)       Penerimaan diri
Penerimaan diri merupakan sifat penting yang memengaruhi persepsi. Beberapa telaah menunjukkan bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya. Yang terakhir ini cenderung untuk mengurangi kecermatan persepsi. Implikasi dari fakta ini ialah kecermatan persepsi dapat ditingkatkan dengan membantu orang-orang untuk lebih menerima diri mereka sendiri.
b.      Faktor-faktor ekstern yang memengaruhi seleksi persepsi (Abdul Karim)
Menurut pareek, beberapa hasil telaah tentang faktor-faktor yang memengaruhi seleksi rangsangan dalam persepsi telah diterbitkan. Kebanyakan dari telaah ini telah di lakukan atas persepsi visual terhadap barang-barang. Akan tetapi, faktor-faktor telaah ini juga dapat digunakan untuk persepsi atas orang dan keadaan. Beberapa faktor yang dianggap penting pengaruhnya terhadap seleksi rangsangan ialah:
a)    Intensitas
               Pada umumnya, rangsangan yang lebih intensif, mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens. Iklan memanfaatkan faktor ini dengan sangat baik. Misalnya, lampu yang lebih terang lebih diperhatikan orang ketimbang lampu yang redup pada malam hari.
b)   Ukuran
c)    Kontras
d)   Gerakan
e)    Ulangan
f)    Keakraban
g)   Sesuatu yang baru

Sementara itu De Vito (1997) menyebutkan enam proses yang memengaruhi persepsi, yakni: teori kepribadian implisit, ramalan yang dipenuhi sendiri, aksentuasi perseptual, primasi-resensi, konsistensi, stereotip.
Pendapat lain menyebutkan, faktor-faktor yang memengaruhi persepsi seseorang dapat dikategorikan menjadi faktor fungsional, faktor struktural, faktor situasional,  dan faktor personal (Rakhmat, 1994: Krech dan Crutchfield, 1975)
3. Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan daam bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni
(a) pengelompokan,
(b) bentuk timbul dan latar, dan
(c) kemantapan persepsi (Pareek, 1996:18-20)
4. Proses Penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi  persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima.
5. Proses Pengecekan        
Sesudah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsiranya benar atau salah. Proses pengecekan ini mungkin terlalu cepat dan orang mungkin tidak menyadarinya. Pengecekan ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan oleh data baru. Data atau kesan-kesan itu dapat dicek dengan menanyakan kepada orang-orang lain mengenai persepsi mereka. Lebih-lebih, dalam bentuk umpan balik tentang persepsi diri sendiri.



BAB III
KESIMPULAN

A.    Kesimpulan
Jadi persepsi dalam ilmu komunikasi, persepsi bisa dikatakan sebagai inti dari persepsi dan persepsi sendiri adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indra atau data.
Dengan melalui proses-proses yang ada dalam persepsi mka kita akan mudah mempelajari dan merealisasikan proses apa saja yang ada dalam persepsi diantaranya proses menerima rangsangan, proses menyeleksi rangsangan, proses pengorganisasian, proses penafsiran, proses pengecekan, proses reaksi.
B.     Penutup
Alhamdulillahirobbil ‘alaminterucap tulus dari lubuk hati yang paling dalam, sehingga saya bisa menyelesaikan makalah yang jauh dari kesempurnaan, mungkin dari segi penulisan atau kata-kata, maka dari itu saya berharap kepada pembaca untuk kritik dan saran yang sangat membangun untuk lebih sempurnanya makalah ini.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar