Jumat, 12 Mei 2017

Pendidikan Seks bagi remaja



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks makhluk hidup dapat terus bertahan menjaga kelestarian keturunannya.
Dalam perkembangan remaja selalu disertai dengan keinginan untuk mengetahui lebih lanjut tentang seks. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks bagi remaja, merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh. Akan tetapi, banyak remaja yang mensalah gunakan perkembangan tersebut ke jalan yang tidak semestinya, sehingga banyak kasus free sex dalam pergaulan bebas remaja yang terkadang timbul perkelahian, bunuh diri dan sebagainya terhadap hal tersebut.  Apa lagi hal ini di dukung dengan adanya kemajuan teknologi informasi yang membuat orang bisa berkomunikasi dari mana saja dan informasi dapat tersebar dengan sangat cepat. Selain itu teknologi informasi juga membawa dampak negatif pada jenis informasi yang berisi pornografi yang mendorong banyak pihak untuk melakukan kemaksiatan. Saat ini, melalui situs internet atau VCD porno, orang dengan mudah dapat mengakses hal-hal yang dulu sangat sulit didapat, termasuk pada para remaja yang belum memiliki nilai agama dan moralitas yang kokoh sehingga mereka cenderung ingin mencoba apa yang dilihatnya.
Ketidaktahuan remaja mengenai seks akan menggiring mereka kepada perasaan ingin mencoba-coba hal baru. Oleh karena itu, pendidikan seks sangat penting untuk diberikan, mengingat pada saat remaja terjadi proses puberitas sehingga mereka mengalami dorongan seks yang dipengaruhi hormon yang sedang meledak-ledak. Jika pendidikan seks tidak diberikan saat anak menginjak masa remaja, maka akan berdampak negatif, tidak hanya kurang pahamnya mereka mengenai dampak dari perilaku seks yang mereka lakukan, namun juga tidak siapnya mereka menanggup akibat dari kegiatan seks tersebut. Remaja yang hamil di luar nikah, tingkat aborsi yang tinggi, serta penyakit kelamin merupakan akibat dari kurangnya pendidikan seks bagi remaja.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Seksual ?
2.      Apa Tujuan Seksual pada Remaja ?
3.      Apa Peran Orang Tua dalam Pendidikan Seks ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui Pengertian Seksual.
2.      Mengetahui Tujuan Seksual pada Remaja.
3.      Mengetahui Peran Orang Tua dalam Pendidikan Seks.














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Seksual
Pengertian  seksual di sini kita tanggapi dalam arti kata yang seluas-luasnya dan umum sifatnya. Sedangkan istilah seks dalam pengertian sempit berarti kelamin. Menurut J.S. Tukan seksual itu terdiri dari aspek metal, fisik, emosional dan psikologis dalam bentuk badaniah, dalam artian bahwa apa saja yang dilakukan sepanjang hari memiliki corak seks karena seks merupakan keseluruhan dari kepribadian pria ataupun wanita shingga seks tidak hanya berarti organ-organ genital.
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan.Pengertian seksual tidak terbatas hanya pada masalah reproduksi, regenerasi, perkembangan jenis dalam pengertian biologis dan eksitensi speciesnya, dan dikatakan umum karena menyangkut banyak hal mengenai proses sikap dan perilakunya dalam pergaulan.
Dengan demikian pendidikan seksual mencakup pengertian-pengertia yang sangat luas yang satu dan yang lainnya berkaitan esrat baik dalam pengrtian biologis, hubungannya dengan emosional dan kaitannya dengan sosio-budaya dalam membesarkan peranan jenis seknya.

B.     Tujuan Pendidikan Seksual pada Remaja
Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan berdosa.
            Pendidikan seksual bagi remaja adalah untuk menghindariterjadinya penyimpangan-penyimpangan baik yang dilakukan pada masa remaja maupun akibat yang terbawa sampai masa dewasa dan tuanya kelak yang disebabkan karena kelainan hal pemahaman, sikap, dan perilaku seksualnya semasa remaja.Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987)
Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :
1.      Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
2.      Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung jawab).
3.      Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi.
4.      Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
5.      Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
6.      Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
7.      Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
8.      Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
            Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.
                                                                                                     
C.    Peran Orang Tuan dalam Pendidikan Seks
Dalam pendidikan seks, orang tua perlu menerangkan sehingga timbul pengertian dan penghayatan pada remaja tentang identitas seksnya yang ditampilkan di dalam sikap dan perilakunya sesuai dengan jenis seksnya masing0-masing dan tata laksana kebudayaannya sehingga ia dapat di terima oleh masyarakat. Dengan demikian anak dapat merasakan kesesuaian diri pribadinya dengan kehidupan lingkungannya.
Inti daripendidikan seks pada remaja adalah perkembangan dan penanaman pengertian dan penghayatannya akan identitas seks akan melibatkan diri anak dalam bentuk sikap dan perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat.
Implikasi dan penekanan ini, baigi anak perempuan misalnya dia diberi pengertian tentang peranan kewanitaan, rasa keibuan, rasa estetika, dan sikap lemah lembut. Sedangkan pada anak laki-laki sikap dan perilaku yang tegas dan tegap, trengginas, berani, dapat melindungi yang lemah, dan mendahulukan wanita dari pada pria.
Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:
1.      Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2.      Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
3.      Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
4.      Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
5.      Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
Saya yakin pasti masih ada cara-cara lain yang dapat anda gunakan dalam mendidik anak remaja anda. Akhir kata saya berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi remaja, orang tua dan pendidik dalam membentuk remaja menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki kualitas kehidupan yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan yang lebih berat di masa yang akan datang.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pendidikan seks adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan dan membentuk manusia-manusia dewasa yang dapat menjalanan kehidupan yang bahagia, dapat mempergunakan fungsi seksnya serta bertanggungjawab baik dari segi inividu, sosial maupun agama.
Pendidikan seks merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan berdosa.
Salah satu pihak yang berperan penting dalam pendidikan seks adalah orang tua. Hal ini dikarenakan adanya hubungan yang intim dan akrab antara si anak dan orang tua. Masalah



















DAFTAR PUSTAKA
Ø Moeljono Notosoedirjo dan Latipun. 2014. Kesehatan Mental. UMM Press: Malang
Ø  Suraji dan Sofia Rahmawatie. 2008. Pendidikan Seks bagi Anak: Panduan Keuarga Muslim. Pustaka Fahima: Yogyakarta.
Ø  Surviani, Istanti. 2004. Membimbing Anak Memahami Masalah Seks; Panduan Praktis untuk Orang Tua.Pustaka Ulumuddin: Bandung.
Ø  Athar, Shahid. 2004. Bimbingan Seks bagi Kaum Muda. Pustaka Zahra: Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar